Guna meningkatkan serta membangun budaya literasi pada anak, perlu ditanamkan sejak dini pengenalan aksara dengan cara bermain serta menyenangkan. Hal ini yang harus dilakukan karena seorang memang harus memiliki budaya literasi sejak dini. Namun tentunya belajar literasi atau pengenalan aksara tetap harus disesuaikan dengan tumbuh kembang anak.
Pendidikan literasi anak tentunya akan berbeda sejak dini. Pada usia dini, anak tidak bisa langsung diajari membaca huruf atau teks. Kita perlu menegaskan, bahwa pendidikan literasi usia dini harus memperhatikan prinsip pertumbuhan anak, di mana anak tumbuh berkembang dan bermain. Selama ini pendidikan literasi pada anak usia dini masih sering salah kaprah. Di mana, salah satu alasan penyebab pendidikan literasi yang salah adalah ekosistem pendidikan yang tidak mendukung sesuainya pendidikan literasi pada anak usia dini.
Saat ini, masih terdapat perbedaan persepsi antara guru PAUD dan SD mengenai pengertian literasi pada anak yang masih perlu disamakan. Di satu sisi, guru PAUD mengajarkan literasi secara bermain, sementara di SD kemampuan literasi dituntut secara paripurna. Selain itu, kehadiran pojok baca itu diharapkan mampu mengurangi penggunaan gadget atau gawai yang berlebihan pada anak.
Dalam buku ini, siswa SD diajak untuk ikut mengasah literasi dengan menulis dan berkarya yang disesuaikan dengan tingkatan level kelas mereka. Dari mulai rubrik “Karyaku” yang memuat hasil torehan krayon dari anak kelas satu, dilanjutkan dengan rubrik “Kreatifitasku” yang memuat hasil seni melipat dari anak kelas dua, serta memuat puisi, pengalaman dan cita-cita dari anak kelas atas. Selain karya siswa, buku ini juga memuat karya guru berupa tulisan yang berdasarkan pengalaman selama berjuang di dunia pendidikan demi menceredaskan anak bangsa.
Dari literasi ini, diharpkan seluruh siswa bisa terbias dengan budaya yang membangun pendidikan sehingga nantinya, anak-anak bisa betul-betul menjadi generasi emas di tahun yang akan datang.